Latest Entries »

Ini zaman emang bikin pale puyeng bener dah, sering banget mati lampu, ada yang sampe tiap hari, ada juga yang kadang dalam empat hari sampe lima kali mati lampu, kata sebagian orang over dosis tuh, tapi kagak papa lah, kita mikir positif aje, kenaikan tarif dasar listrik di barengin ama seringnya mati listrik, mantep banget, kita doain aje, semoga Indonesia makin tua makin maju aja, kita percayakan sama pemimpin-pemimpin kita yang ngurusin ini kita punya Negara, karena mereka itu patut dikasihanin, amanah mereka atas kesejahteraan rakyat berat betul, perhitungan di akhirat berat banget, makanya harus kita dukung, jangan kita hinakan, kita doain mereka, dan jangan di pojokan.
Panasnye mantep banget siang ini, listrik mati dari pagi tadi, kagak nyala – nyala juga, shalat zuhur hampir aja masbuk karena itu genset punye mushala lagi ada gangguan, jadi azannya kagak kedengaran, hasilnya shalat sunat qabliyah ketinggalan, untung aja bisa shalat berjamaah tepat waktu. View full article »

Kemarin malam habis pulang dari ane punya toko, subhanallah dikasih ujan sama Allah, naik motor sampe ngesot-ngesot, alhamdulillah ini jalanan udah rata sama yang namanya aspal, kebayang deh tuh, zaman engkong babe gue, waktu ane masih kecil dulu, pas ujan ni jalan bakalan buecek…., tanah bakalan blepotan ama lumpur, pergi sekolah juga masih pake sepeda gunung, kalau bannya kempes di paksain aja deh, maklum yang namanye pompa zaman dulu masih langka, ini ban saat bergesekan ama itu tanah yang berdugul gak rata, bakalan bunyi…
Duit… duit….
Tahu aja ni sepeda kalo ane kagak punya duit, entar kalo udah ane makanin pake pompa baru tau rasa lo, bisa naik sepeda juga Alhamdulillah, kalo dulunya cuman jalan kaki doang, maklum SD ane dekat ama rumah, kagak nyampe seratus meter udah nyampe, kalo zaman sekarang mah beda, anak SD juga sudah megang hape, pake kamera lagi, subhanallah.. pantesan anak zaman sekarang cepat dewasanya. View full article »

Oleh : Irza Setiawan

Bumi Seakan Hancur

Bayangan putih mengitari pandanganku, badanku terasa ringan, aku seakan melayang-layang diantara sinaran cahaya-cahaya yang mengitari tubuhku, aku berada dimana, kupandangi sekelilingku, tidak ada orang, hanya aku sendirian disini.

“ Andre…”

Aku mendengar suara lembut seorang perempuan memanggil namaku, tapi siapa, darimana asal suara itu.

View full article »

Oleh : Irza Setiawan

Jawaban Anisa

Pagi ini, aku berencana pergi menemui Anisa di kampusnya, biasanya di kampusnya diadakan pengajian, setelah shalat dhuha, aku pergi dengan motorku, menyusuri jalan-jalan, untuk mengetahui, bagaimana jawaban Anisa atas pinanganku kemarin.

Sudah lama aku tidak mengitari kota Amuntai, aku sempat melewati Sekolah Menengah Atasku dulu, begitu juga Sekolah Lanjutan Tingkat Pertamaku di kota ini, Kebetulan kedua sekolahku itu bersebelahan, hanya saja Sekolah Dasarku terletak di kampung halamanku, desa Tangga Ulin. View full article »

Oleh : Irza Setiawan

Sebuah Ujian Allah

Gemuruh hati yang tak tertahankan, begitu menghimpit qalbu ini, rasa sesak di dada, semakin menghantui dari hari ke hari, di balik malam temaram yang semakin gelap, pekikan guntur yang menyayat, desiran angin yang menyesakkan dada, derasnya hujan yang menghimpit, aku terpaku dalam keheningan malam, memikirkan nasib yang semakin malang, dibalik himpitan ekonomi yang mematikan, berpadu dengan sakitnya suasana hati yang dikhianati, dihancurkan bagai tak bersisa, harga diri diinjak-injak bagai tanah becek yang berguduk tak rata.

Malam yang kelam, satu minggu yang lalu, ujian itu datang, sebuah usaha sederhanaku, yang dikumpulkan dari modal hutang kesana kemari, ludes dilalap api dalam sehari, si jago merah itu dengan angkuhnya menertawakan hidupku, senyum kemenangan di balik kobaran tubuhnya yang merah begitu mempercundangi diriku, setelah menghancurkan sisa warisan keluarga, berupa ruko yang sederhana, di lumat habis dengan dasyatnya, sehingga berbentuk puing-puing sisa, berpadu dengan abu yang bebas di tiup angin kemana-mana. View full article »

Oleh : Irza Setiawan

Matahari mulai menyinari bumi, cuaca yang tadinya hujan berubah menjadi panas, waktu berangkat kuliah, aku menggigil kedinginan, sekarang begitu pulang kuliah, aku malah kepanasan, Allah memang mempunyai bermacam-macam rencana.

Aku terus melangkah pulang, tiba-tiba saja Adzan Zuhur mulai terdengar, kupercepat langkahku menuju masjid, sesampainya di masjid, aku langsung mengambil air wudhu, begitu air wudhu mengaliri tubuhku, rasanya segar sekali, rasanya aku menemukan semangat baru.

View full article »

Cobaan Cinta

Oleh : Irza Setiawan

Cahaya bulan menerangi malam, suara angin berderu-deru di luar sana, sedikit demi sedikit, air hujan mulai membasahi bumi, aku gelisah di dalam kamar, aku benar-benar ditimpa kebingungan yang luar biasa, apa yang sebenarnya menimpa diriku, sudah dua hari yang lalu, Anisa kembali pulang ke Kalimantan, namun, sejak pertemuan dengannya waktu itu, aku selalu memikirkannya, wajahnya yang putih bercahaya selalu menghiasi pandanganku, tatap matanya yang indah semakin membuat hatiku terpesona, beginikah rasanya siksaan cinta. View full article »

Oleh   : Irza Setiawan

Kehadiran Anisa

Jam Bekerku berbunyi, sudah jam setengah empat, meskipun hanya terlelap satu jam setengah, itu sudah cukup untuk meremajakan seluruh syaraf tubuhku, karena anggota tubuh juga mepunyai hak untuk beristirahat, setelah shalat tahajud, aku dan teman-temanku membaca Al-Quran bersama, sambil menanti azan subuh berkumandang, teman-teman sangat melestarikan kegiatan rutin pagi seperti ini, mekipun aku melihat mata Ujang terpejam-pejam menahan kantuk. View full article »

Oleh    : Irza Setiawan

Restoran Mewah

“ Andre, bangun Dre! Ada orang mencarimu. “

Suara Nai yang membangunkanku dari bibit-bibit mimpi yang indah segera menyadarkanku, cuma satu jam aku tidur, meregangkan otot-otot syaraf setelah kuliah, dan lembur mengerjakan makalah.

“ Siapa sih? “ Tanyaku sambil mengeliat sambil mengucek-ngucek mata.

Gak tau? Katanya ada perlu sama kamu, penting banget.”

Dengan mengusir rasa malas, aku segera melangkah ke ruang tamu, di sana kulihat seorang bapak berjaket biru sedang duduk sambil menikmati teh hangat buatan Nai, setelah kuamati, ternyata pak Mahmud, beliau tersenyum kepadaku.

“ Eh pak Mahmud, tumben datang kesini, apa kabar? “ Kataku sambil menjabat tangan beliau.

Alhamdulillah, kabar bapak baik-baik saja, maaf Dre, bapak mengganggu tidurmu. “

“ Ah…, gak papa kok, malah saya senang bapak sudi berkunjung ke tempat kami yang sangat sederhana ini. “

“ Meskipun sederhana, tapi cukup bersih rapi dan nyaman, eh masih ingat ama si Aisha? “

“ Aisha! Gadis bercadar yang kecelakaan empat hari yang lalu, tentu saja saya masih ingat, bagaimana keadaannya sekarang? “

“ Dia sudah pulang ke rumah, keadaannya sudah mulai pulih kembali, meskipun belum pulih sepenuhnya. “

“ Oh.., Alhamdulillah, mudah-mudahan saja dia cepat sembuh. “

“ Amin…,Dre, kedatangan bapak kemari adalah untuk memperkenalkanmu kepada keluarga Aisha, kita bisa kesana sekarang. “

“ Kemana pak? “

“ Ke rumah Aisha, bisa gak? “

“ Bisa, sebentar ya saya mandi dulu. “

Kemudian aku mandi, kebetulan kos lagi kosong, Nai entah pergi kemana, tu anak memang ajaib banget, sebentar ada, sebentar menghilang, kulihat jam di dinding kamarku, sudah hampir pukul 3, biasanya Ujang pulang siaran jam 3, segera kuambil handphone-ku, kemudian aku mengirim SMS.

“ Jang, kunci kos kutitipin sama bundanya Clara, kebetulan kos lagi kosong “

Ujang membalas.

“ Ok, makasih atas informasinya. “

Lalu aku berangkat bersama pak Mahmud dengan menggunakan mobil taxi beliau, dan akhirnya kami sampai di sebuah rumah yang sangat mewah, halaman rumahnya sangat luas, aku sempat berpikir, ini rumah atau istana, rumah kok sangat besar sekali. Setelah itu aku masuk dengan terlebih dahulu mengucapkan salam, yang ada di dalam serentak menjawab salam, disana sudah banyak sekali orang berkumpul, termasuk Aisha, Aisha terlihat sangat anggun dan cantik dengan jilbab dan cadar birunya, matanya yang lentik bergerak-gerak menatapku, kelihatannya kondisi kesehatannya sudah mulai pulih kembali.

“ Diakah pemuda itu? “ Seorang lelaki setengah baya yang duduk di samping Aisha berkata sambil memandangku.

“ Benar, dialah orangnya. “ Pak Mahmud menjawab.

Aku yang merasa menjadi obyek pembicaraan menjadi bingung, lalu aku mulai bertanya.

“ Kalian membicarakan saya? “

“ Iya nak Andre, seperti yang saya bilang di kos kamu tadi, ada orang yang punya keperluan denganmu, ceritanya begini, bapak ini adalah pak Ali, beliau adalah ayah dari Aisha, beliau ingin berterima kasih denganmu karena telah menyelamatkan Aisha, putri tunggalnya. “ Pak Mahmud menjelaskan.

“ Benar nak Andre, saya sangat berterima kasih kepadamu karena telah menyelamatkan Aisha, seperti yang pak Mahmud jelaskan tadi, Aisha adalah puteri saya satu-satunya, Aisha sangat berharga bagi saya, sebagai rasa terima kasih, saya ingin memberikan sesuatu kepadamu, nilainya mungkin tidak seberapa jika dibandingkan dengan keselamatan puteri saya. “

View full article »

Oleh   : Irza Setiawan

Akhwat Bercadar Putih

Matahari mulai menggerogoti kulitku, keringat demi keringat berceceran jatuh ke bumi, rasanya topi yang bertengger di kepalaku tidak cukup untuk menahan ganasnya sinar matahari, udara hawa panas membuat tubuhku semakin gerah, kuusap wajahku dengan sapu tangan, hitam, penuh dengan debu, padatnya asap kendaraan semakin memperkeruh suasana, seandainya aku tidak ingat dengan tanggung jawabku sebagai seorang mahasiswa yang mencari ilmu, seandainya tidak ingat bahwa diriku dilepas orang tua dengan linangan air mata, tentu lebih enak berada di rumah, merebahkan diri di kasur yang empuk sambil menyalakan kipas angin yang sejuk, lalu terbuai dengan belaian lembut mimpi-mimpi yang indah, oh…alangkah indahnya.

View full article »